• PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA
  • Berkhidmat Untuk Ummat

BUNG TOMO ; SANG SYUHADA PADANG ARAFAH

Manaqib edisi Agustus 2024.
Oleh Muhammad Irfan Zidny

Sutomo (3 Oktober 1920 – 7 Oktober 1981) atau lebih dikenal dengan sapaan akrab Bung Tomo adalah pahlawan nasional Indonesia dan pemimpin militer Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia yang dikenal karena peranannya dalam Pertempuran 10 November 1945. Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, priyayi golongan menengah yang pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah, staf perusahaan swasta, asisten kantor pajak, hingga pegawai perusahaan ekspor-impor Belanda. Kartawan mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pengikut dekat Pangeran Diponegoro. Ibu Sutomo bernama Subastita, seorang perempuan berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura anak seorang distributor lokal mesin jahit SINGER di wilayah Surabaya yang sebelum pindah ke Surabaya pernah jadi polisi kotapraja dan anggota Sarekat Islam. Sutomo sulung dari 6 orang bersaudara. Adiknya masing-masing bernama Sulastri, Suntari, Gatot Suprapto, Subastuti, dan Hartini. Walaupun dibesarkan dalam keluarga yang sangat menghargai pendidikan, tetapi pada usia 12 tahun, Sutomo terpaksa meninggalkan bangku MULO akibat dampak Despresi Besar yang melanda dunia. Untuk membantu keluarga, ia mulai bekerja secara serabutan. Meski begitu, belakangan Sutomo bisa masuk HBS secara korespondensi dan tercatat sebagai murid yang dianggap lulus meski tidak secara resmi. Sutomo lalu bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada usia 17 tahun, ia berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pramuka Garuda. Sebelum pendudukan Jepang pada 1942, peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia. Sutomo muda lebih banyak berkecimpung dalam bidang kewartawanan. Ia antaranya menjadi jurnalis lepas untuk harian Soeara Oemoem, harian berbahasa Jawa Ekspres, mingguan Pembela Rakyat, dan majalah Poestaka Timoer. Pada 1944, ia terpilih menjadi anggota "Gerakan Rakyat Baru" dan pengurus "Pemuda Republik Indonesia" di Surabaya, yang disponsori Jepang. Setelah ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial, inilah titik awal keterlibatannya dalam Revolusi Nasional Indonesia. Dengan posisinya itu, ia bisa mendapatkan akses radio yang lantas berperan besar untuk menyiarkan orasi-orasinya yang membakar semangat pemuda dan rakyat untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kemudian, sejak 12 Oktober 1945 Bung Tomo juga menjadi pemimpin "Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia" (BPRI) di Surabaya melawan pasukan Inggris yang membantu pasukan pendudukan Belanda (NICA). Meskipun pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945, akhirnya pihak Indonesia kalah, tetapi rakyat Surabaya dianggap berhasil memukul mundur pasukan Inggris untuk sementara waktu (pasukan Inggris mundur dari Indonesia pada November 1946) dan kejadian ini dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah sebagai titik awal Revolusi Nasional Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme dan Imperialisme. Antara 1950-1956, Bung Tomo masuk dalam Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran, merangkap Menteri Sosial (Ad Interim).

Sejak 1956 Sutomo menjadi anggota anggota Konstituante mewakili Partai Rakyat Indonesia. Ia menjadi wakil rakyat hingga badan tersebut dibubarkan Sukarno lewat Dekrit Presiden 1959. Sutomo memprotes keras kebijakan Sukarno tersebut, termasuk membawanya ke pengadilan meski akhirnya gugatan tersebut ditolak. Akibatnya perlahan ia menarik diri dari dunia politik dan pemerintahan. Pada awal Orde Baru, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh yang mulanya mendukung Suharto. Namun, sejak awal 1970-an,

ia mulai banyak mengkritik program-program Suharto, termasuk salah satunya proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah. Akibatnya pada 11 April 1978 ia ditangkap dan dipenjara selama setahun atas tuduhan melakukan aksi subversif. Sekeluar dari penjara Sutomo tampaknya tidak lagi berminat untuk bersikap vokal pada pemerintah dan memilih memanfaatkan waktu bersama keluarga dan mendidik kelima anaknya. Selain itu Sutomo juga menjadi lebih bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya.

Bung Tomo bersama dua putrinya menunaikan ibadah haji pada tahun 1981. Bung Tomo berangkat dari Indonesia ke Tanah Suci pada September 1981. Namun, saat ulang tahunnya ke-61 atau tepatnya 3 Oktober 1981, Bung Tomo tak sadarkan diri karena sakit. Menurut hasil pemeriksaan dokter di Rumah Sakit Kerajaan Arab Saudi, pahlawan Nasional ini menderita komplikasi hidrasi serta stroke. Setelah dua hari tak sadarkan diri, Bung Tomo sempat siuman. Karena tak bisa diwakilkan, pada 9 Dzulhijjah Bung Tomo melakukan wukuf di Arafah. Karena masih sakit, Bung Tomo berangkat dengan ditandu. Namun Allah subhanahu wa ta'ala rupanya memiliki rencana lain, ketika tiba senja menjelang maghrib, dan mentari mulai terbenam, Bung Tomo menghembuskan napas terakhir saat wukuf di Padang Arafah. Selamat datang wahai Syuhada!

Jenazah Bung Tomo tidak bisa langsung dibawa pulang saat itu. Kepulangannya sempat berlarut-larut selama delapan bulan. Itu juga berkat ikhtiar keluarga dan bantuan dari berbagai pihak. Bantuan diplomasi dari Departemen Luar Negeri atau Pemerintahan Soeharto saat itu dan juga Fatwa MUI mampu memudahkan persoalan pemindahan jenazah Pahlawan Nasional ini. Jenazah Bung Tomo diterbangkan dengan menggunakan pesawat Hercules TNI. Keluarga pun sepakat untuk memakamkan jenazah Bung Tomo di Ngagel Rejo, Jalan Bung Tomo, Kota Surabaya dengan upacara kemiliteran. Pemerintah Indonesia ikut membantu dengan mengirimkan tim pengembalian yang terdiri dari dokter Moen'im ahli patologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), dr Soetomo S Imam Santoso (dokter pribadi Bung Tomo), Salim Zaedan (sahabat Bung Tomo), dan Bambang Sulistomo (putra Bung Tomo). Mereka berangkat empat bulan setelah kematian Bung Tomo. Salim Zaedan mendapat cerita dari penjaga makam, selama musim haji, banyak jemaah pria asal Jawa Timur yang menziarahi makam itu. Saking banyaknya, si penjaga hafal letak makam. Kebetulan, tak banyak yang meninggal di hari Soetomo meninggal pada 1981 itu sehingga tidak sulit mencari makam berdasarkan tanggal kematian. “Penutup makam dibuka oleh dr Soetomo dan dr Moen'im. Setelah jenazah ditemukan, dipastikan dan diidentifikasi oleh dokter Moen'im sebagai jenazah Bung Tomo, kemudian dilaporkan ,” tulis Sulistiana istri Bung Tomo dalam buku : Bung Tomo Suamiku. Bambang Sulistomo pun diberi waktu untuk ikut memastikan. Bambang menemukan tubuh ayahnya masih utuh. Hanya pipi sebelah kiri yang menyentuh ubin saja yang dagingnya agak rusak. Tak lupa, dr. Soetomo mencocokkan dengan cetakan gigi dari drg A Dahlan. Hasilnya pas. Jenazah itu memang jenazah Bung Tomo. Akhirnya jenazah dibawa pulang ke Jakarta.
Wallahu a'lam.
(Dikutip dari wikipedia, berbagai sumber, dan koleksi pribadi).

Tulisan Lainnya
The Clever Man; Grand Imam Muhammad Mustafa Al Maraghi.

Manaqib edisi Oktober 2024.Oleh: Muhammad Irfan Zidny. Muhammad Mustafa Al-Maraghi (1881 - 1945 adalah seorang ulama Azhar dan hakim Syariah Mesir. Ia menjabat sebagai Syekh Al-Azhar d

01/10/2024 20:55 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 36 kali
OBITUARI SYEKH AL - MUQRI DR. ALI MUHAMMAD TAUFIQ AN - NAHHAS

Manaqib edisi Mei 2024.Oleh Muhammad Irfan Zidny, Lc. Beliau bernama Ali bin Muhammad Taufiq bin Ali bin Musthofa bin Ali An-Nahhas. Dilahirkan di kota Faraskur provinsi Dimyath pada 9

17/05/2024 09:40 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 434 kali
MANAQIB SEPULUH IMAM QIRAAT (1)

Manaqib edisi April 2024.Oleh Muhammad Irfan Zidny, Lc Ramadhan adalah bulan Al Qur'an diturunkan pertama kali. Selanjutnya selama kurang lebih 23 tahun Al Quran sebagai firman Allah d

04/04/2024 19:01 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 1171 kali
KH AGUS SALIM: THE GRAND OLD MAN

Manaqib Edisi Februari 2024   Kiai Haji Agus Salim merupakan salah satu intelektual Islam sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia. Nama aslinya adalah Mashadul Haq yang berarti p

02/03/2024 11:19 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 2440 kali
ABU UBAIDAH BIN JARRAH ; SANG PENAKLUK AL QUDS

Manaqib edisi November 2023. Oleh: Muhammad Irfan Zidny, Lc Abu Ubaidah bin Al-Jarrah adalah Muhajirin dari kaum Quraisy Mekkah yang termasuk paling awal untuk memeluk agama Islam. Be

08/12/2023 23:05 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 26164 kali
BIOGRAFI SYAIKH IBRAHIM MUHAMMAD ABDULLAH AL KHULI

Oleh: Gus Muhammad Irfan Zidny, Lc   Ulama Ahli Bayt Yang Selalu Menutupi Nasabnya Syaikh Ibrahim Muhammad Abdullah al-Khuli adalah salah satu ulama besar al-Azhar yang juga ket

09/04/2023 12:55 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 3255 kali
Manaqib Al Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih (botoputih-surabaya).

Manaqib edisi november 2022. Oleh : Gus Muhammad Irfan Zidny Lc Habib Syekh dilahirkan di kota Syihr pada tahun 1212 H anak dari Habib Ahmad Bafaqih dan silsilahnya sampai kepada Nabi

19/11/2022 12:09 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 19602 kali
Manaqib Habib Muhammad Bin Idrus Al Habsyi

Manaqib Edisi Oktober 2022 Oleh : Gus Muhammad Irfan Zidny Beliau lahir di kota Khola' Rosyid, Hadramaut, Yaman Selatan, pada tahun 1265 H atau 1845 M. Sejak kecil beliau diasuh oleh

13/10/2022 18:42 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 20885 kali
Manaqib Al-Habib Ali bin Husein Al-Attas

By : Gus Muhammad Irfan Zidny Lc. beliau lebih dikenal dengan sebutan Habib Ali Bungur. Beliau merupakan rantai jaringan Ulama Betawi sampai sekarang ini. Beliau memiliki jasa yang san

13/09/2022 14:08 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 18656 kali
Manaqib Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi Kwitang.

By : Gus Muhammad Irfan Zidny Lc. Edisi agustus 2022. Beliau adalah Habib ‘Ali bin ‘Abdur Rahman bin ‘Abdullah bin Muhammad al-Habsyi. Lahir di Kwitang, Jakarta, pad

10/08/2022 14:02 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 28612 kali