• PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA
  • Berkhidmat Untuk Ummat

VALIDASI

By: Jiddah Zainab

Ikhlas adalah adalah satu suku kata yang mudah di ucapkan tapi bisa jadi multi tafsir dalam memahami sebuah rangkaian amal kebaikan.

Ikhlas bisa di maknai menerima dengan lapang dada akan suatu takdir. Bisa pula di maknai  ketulusan hati atau apapun yang bisa berarti suatu penerimaan  hati pada suatu kondisi yang menuntut suatu kebersihan naluri yang terasa sulit diungkapkan melalui goresan pena insani.

Penamaan Allah  pada surat ke 112 dalam Kitab Suci Al Quran dengan nama  Al Ikhlas yang terdiri dari 4 ayat bisa menggambarkan betapa dalamnya ajaran penghambaan makhluk kepada  Allah dalam upaya pembersihan naluri dari segala bentuk orientasi di luar TUHAN di setiap langkah amal dalam hidupnya.

Pengakuan bahwa Allah satu satu nya pondasi dan tujuan setiap amal itu juga merupakan hal sangat mudah di ucapkan tetapi saat berjalan nya proses amal insan akan banyak gangguan gangguan perubahan kondisi hati atau kondisi lingkungan sekitar yang akan berbaur  menyebabkan perubahan orientasi sebuah amal.

Ayat kedua dari Surat Al Ikhlas bisa menjadi salah satu solusi dalam proses panjang sebuah amal kebaikan.

Bahwa Hanya Allah lah tempat kita bergantung.

Pondasi awal bahwa Hanya Allah satu satu nya tujuan di kuatkan lagi dengan menggantungkan naluri diri hanya kepada Allah  bisa mengamankan proses berjalan nya amal menuju akhir ritme kerja nya.

Kemungkinan apapun bisa terjadi dari awal, pertengahan bahkan mungkin  diakhir amal kebaikan yg sedang di lakukan.

Awal dan proses yang baik dan aman dari gangguan tidak serta merta menjadikan sebuah amal menjadi catatan malaikat rokib di  ujung ritmenya jika pada akhirnya kita hanya mendapatkan pujian manusia dan bukan keridhoan Tuhan.

Akhir suatu amal bisa menjadi husnul khotimah jika orientasi nya tetap terjaga hanya utk Allah tanpa butuh validasi manusia.

Sebaliknya akhir satu amal kebaikan akan menjadi sia sia jika orientasinya hanya perpacu pada validasi manusia.

Karenanya para Setan tidak akan tinggal diam melihat dan mengganggu proses keikhlasan suatu amal kebaikan.

Media sosial menjadi salah satu ajang para syeithan membujuk manusia untuk merefleksikan validasi amal dengan orientasi selain TUHAN.

Validasi TUHAN harusnya menjadi rujukan tapi banyak yang tak kuat dengan bujukan syeithan dengan berbagai alasan sebagai pembenaran.

Banyak yang salah kaprah dalam menggunakan media sosial salah satunya sebagai tempat mempertonton kan apapun aktifitas pribadi nya bahkan hanya untuk mempertontonkan kegiatan ibadahnya kepada Tuhan

Bahkan media sosial menjadi primadona rujukan banyak orang untuk mempertontonkan amal kebaikannya.

Peribahasa tangan kanan memberi, tangan kiri tidak mengetahui. tidak lagi jadi falsafah hidup manusia sekarang dalam beramal kebaikan.

Riya adalah bahaya latent yang harus di waspadai oleh kita semua dalam melangkahkan anggota badannya kita dalam kebaikan.

Riya dan ikhlas seperti satu keping mata uang yg berada di satu badan tetapi dengan muka yg saling membelakangi. Dimana saat keping itu terlempar, masing masing memiliki kesempatan yang sama untuk memperlihatkan jati dirinya.

Kebaikan memang wajib di tularkan tapi riya dan ikhlas menjadi  hitam putih  wilayah Tuhan.

Hanya Allah yang Maha mengetahui siapa yang benar benar tulus ikhlas dan siapa yang gila pujian manusia.

Pengukuhan tujuan amal kebaikan hanya untuk Allah dari awal sampai akhir proses kebaikan nya butuh banyak energi dan hati yang perlu terus di jaga.

Manusia yang terbuai dengan validasi dari manusia lain itu bisa jadi bagian dari ujian yang Tuhan berikan. Mereka akan terbius dengan julukan julukan  hebat dari manusia lain yang bisa  meluluh lantakkan kesadaran bahwa validasi Tuhan itu diatas segala nya.

Validasi manusia itu hanya bersifat sementara sambil menunggu Validasi sesungguhnya,  yaitu Validasi TUHAN yang amat akurat dan  kekal selamanya.

Validasi manusia biasa terjadi hanya dengan melihat gambaran dhohir atau hanya mendengar cerita sepihak melalui kacamata yang subjektif.

Sedangkan Validasi TUHAN pasti merupakan stempel yang di buat sebab akumulasi cerita  utuh dari perjalanan hidup seorang hamba.

Sekuat apapun promosi kebaikan dalam iklan diri pada media sosial untuk menumbuhkan kecintaan manusia kepadanya tidak serta merta membuat keridhoan Allah terhadap orang tersebut.

Begitu pula sebaliknya sekuat apapun iklan keburukan orang lain yg di pertonton kan kepada manusia lain tidak serta menimbulkan kebencian manusia kepada  orang yang di hinakan.

Karena pengukuhan diri manusia disebut orang baik ataupun sebaliknya adalah hak preogratif TUHAN bukan hak manusia dengan dengan berbagai orientasi kemuliaan dunia semata.

Terkadang seorang hamba tanpa teman yang menangisi dosa nya di sudut ruang tengah malam itu bisa jadi akan lebih mendapat ridho dan curahan rahmat sebagai  validasi TUHAN  ketimbang manusia  yang sibuk mengiklan kan dirinya di media sosial sebagai orang baik di hadapan banyak orang.

Validasi TUHAN selalu punya hikmah yang tidak bisa di beli dengan validasi manusia.

Sungguh butuh banyak kekuatan untuk tetap istiqomah di jalur validasi TUHAN dalam setiap kebaikan.

Upaya menggantungkan naluri dalam beramal hanya kepada Tuhan membutuhkan penekanan ego diri untuk siap berlawanan dengan apa yang  di fahami dan dijalankan banyak orang sekarang ini.

Istiqomah juga merupakan barang mahal yang hanya bisa di beli dengan kekuatan untuk tak bergeming dengan seburuk apapun validasi manusia yang disematkan pada diri kita, cuma karna berbeda pandangan dengan fenomena yang ada.

Kebenaran Mutlaq hanya milik Tuhan dan Rasulullah.

dan naluri di lubuk hati tidak akan pernah bertentangan dengan kebenaran Tuhan.

Self Reminder, 1 November 2024

Tulisan Lainnya
SISIHKAN RUANG HAMPA

Oleh Halimatus Sadiyah Perjalanan hidup yang tak pernah ada ujungnya dalam usaha merakit hal-hal yang membahagiakan, rasanya perlu untuk kita menyisikan ruang hampa, Ruang hampa adalah

02/12/2024 19:48 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 87 kali
RUANG BARU, HARAPAN BARU

Oleh Halimatus Sadiyah Dalam hidup manusia akan bertemu dengan beberapa fase kehidupan, Masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Masa lalu adalah "Pembelajaran" yang perlu kita

03/11/2024 22:15 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 139 kali
PUDARNYA BUDAYA DISKUSI, MENGAPA ?

  Oleh: Humaidi Mufa Kegiatan bertukar pikiran (sharing opinion) dengan orang lain dalam memecahkan suatu permasalahan biasa disebut dengan diskusi. Salah satu pentingnya diskusi

03/11/2024 21:46 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 143 kali
PENTINGNYA MENERAPKAN SELF BOUNDARIES DALAM KEHIDUPAN

Oleh : Halimah Sadiyah   Self boundaries atau batasan diri adalah aturan yang kita buat untuk mengatur interaksi dengan orang lain, menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi d

03/10/2024 08:51 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 369 kali
BELAJAR UNTUK UJIAN ATAU UJIAN UNTUK BELAJAR ?

Oleh: Humaidi Mufa Pendidikan dianggap gagal ketika belum menghasilkan output yang dapat menjawab tantangan zaman. Karena pendidikan merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia ya

02/10/2024 20:25 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 232 kali
DOA YANG TERSIMPAN

Oleh : Halimah Sadiyah Ada banyak cara, sebuah cinta bercerita Tidak melulu tentang lisan yang berbicara, justru doa yang tersimpan dan tak terlihat oleh mata yang tidak pernah gagal

06/09/2024 09:28 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 365 kali
TERLAHIR KEMBALI DAN BERTUMBUH

Oleh: Humaidi Mufa, M.Pd Kita sebagai individu memiliki kesempatan untuk selalu berkembang. Dalam hidup, setiap kejadian akan membawa peluang baru untuk dapat kita mulai kembali. Hal i

06/09/2024 09:12 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 434 kali
DAMAIKU DALAM DIAM

Oleh : Halimah Sadiyah Malam datang menghadirkan banyak pertanyaan Fikiran melayang jauh, terkadang tak tau apa yang di cari Hembusan angin hadir, memberikan kesejukan dan penguatan

14/08/2024 08:26 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 482 kali
KEMERDEKAAN = MEMANUSIAKAN MANUSIA

Oleh: Humaidi Mufa, M.Pd Hakikat dari makna kemerdekaan sejatinya tidak hanya terletak pada kebebasan suatu bangsa dari penjajahan atau penindasan fisik, melainkan jauh lebih dari itu.

11/08/2024 17:43 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 314 kali
TRUST ISSUE

Oleh: Jiddah Zainab   

20/07/2024 20:20 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 626 kali