• PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA
  • Berkhidmat Untuk Ummat

BELAJAR UNTUK UJIAN ATAU UJIAN UNTUK BELAJAR ?

Oleh: Humaidi Mufa

Pendidikan dianggap gagal ketika belum menghasilkan output yang dapat menjawab tantangan zaman. Karena pendidikan merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia yang berfungsi sebagai bekal untuk menghadapi berbagai tantangan hidup. Sistem pendidikan kita saat ini cenderung berfokus pada kemampuan peserta didik dalam menjawab soal-soal ujian daripada mempersiapkan mereka menghadapi realitas kehidupan yang sesungguhnya. Ketika pendidikan seharusnya menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan situasi yang kompleks, namun yang terjadi justru sebaliknya. Peserta didik “hanya” dilatih untuk menghafal materi, menjawab soal dengan format tertentu, dan dituntut mendapatkan nilai tinggi, sementara keterampilan penting (Life Skill) untuk kehidupan sehari-hari sering kali terabaikan.

Fokus yang terlalu besar pada prestasi akademik berbasis ujian mengarahkan pendidikan pada pola yang mekanis dan kaku. Peserta didik didorong untuk menguasai teori, rumus, dan informasi yang pada akhirnya mereka lupakan setelah ujian selesai. Sehingga hampir terjebak pada konsep bahwa belajar itu hanya untuk menghadapi Ujian saja. Padahal, hidup tidak berjalan seperti sebuah lembar ujian di mana jawaban sudah jelas dan tersedia dalam pilihan ganda atau mungkin soal pertanyaan yang didahului dengan kisi-kisi.

Tantangan kehidupan nyatanya lebih rumit, lebih dinamis, penuh ketidakpastian, dan sering kali tidak memiliki satu jawaban yang benar. Dalam kehidupan, orang harus mampu beradaptasi, berkomunikasi, bekerja sama, berpikir kreatif, serta memiliki kecerdasan emosional dan etika yang baik. Semua keterampilan ini sering kali terabaikan dalam pendidikan formal yang hanya menilai peserta didik dari sekedar angka di atas kertas. Sehingga esensi dari adanya Ujian selain untuk mengevaluasi proses pembelajaran adalah bahwa ujian itu untuk kita belajar

Pendidikan seharusnya bukan hanya tentang prestasi akademik yang terukur melalui ujian semata, tetapi juga mengenai kemampuan manusia untuk memahami dunia, berkontribusi secara positif dalam masyarakat, dan menghadapi tantangan hidup dengan bijaksana. Seorang individu yang memiliki nilai akademis tinggi belum tentu siap menghadapi tekanan dan dinamika kehidupan yang menuntut fleksibilitas, empati, dan kebijaksanaan. Pendidikan seharusnya melatih peserta didik untuk menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berpikir secara mandiri, mengatasi kegagalan, dan memahami pentingnya peran mereka dalam masyarakat.

Akhirnya, pendidikan perlu bergerak menuju paradigma yang lebih holistik dan humanis. Sistem pendidikan yang ideal adalah yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia yang utuh sehingga mampu mengarungi kehidupan dengan bekal pengetahuan (Kognitif), keterampilan (Psikomotorik), dan nilai-nilai yang relevan (Afektif). Daripada sekadar melatih mereka untuk menjawab soal ujian, pendidikan seharusnya membekali mereka dengan kemampuan untuk menjawab soal-soal kehidupan yang lebih kompleks, ambigu, dan penuh dengan tantangan. (HM)

Tulisan Lainnya
SISIHKAN RUANG HAMPA

Oleh Halimatus Sadiyah Perjalanan hidup yang tak pernah ada ujungnya dalam usaha merakit hal-hal yang membahagiakan, rasanya perlu untuk kita menyisikan ruang hampa, Ruang hampa adalah

02/12/2024 19:48 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 88 kali
RUANG BARU, HARAPAN BARU

Oleh Halimatus Sadiyah Dalam hidup manusia akan bertemu dengan beberapa fase kehidupan, Masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Masa lalu adalah "Pembelajaran" yang perlu kita

03/11/2024 22:15 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 139 kali
PUDARNYA BUDAYA DISKUSI, MENGAPA ?

  Oleh: Humaidi Mufa Kegiatan bertukar pikiran (sharing opinion) dengan orang lain dalam memecahkan suatu permasalahan biasa disebut dengan diskusi. Salah satu pentingnya diskusi

03/11/2024 21:46 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 143 kali
VALIDASI

By: Jiddah Zainab Ikhlas adalah adalah satu suku kata yang mudah di ucapkan tapi bisa jadi multi tafsir dalam memahami sebuah rangkaian amal kebaikan. Ikhlas bisa di maknai menerima d

03/11/2024 07:38 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 440 kali
PENTINGNYA MENERAPKAN SELF BOUNDARIES DALAM KEHIDUPAN

Oleh : Halimah Sadiyah   Self boundaries atau batasan diri adalah aturan yang kita buat untuk mengatur interaksi dengan orang lain, menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi d

03/10/2024 08:51 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 369 kali
DOA YANG TERSIMPAN

Oleh : Halimah Sadiyah Ada banyak cara, sebuah cinta bercerita Tidak melulu tentang lisan yang berbicara, justru doa yang tersimpan dan tak terlihat oleh mata yang tidak pernah gagal

06/09/2024 09:28 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 366 kali
TERLAHIR KEMBALI DAN BERTUMBUH

Oleh: Humaidi Mufa, M.Pd Kita sebagai individu memiliki kesempatan untuk selalu berkembang. Dalam hidup, setiap kejadian akan membawa peluang baru untuk dapat kita mulai kembali. Hal i

06/09/2024 09:12 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 435 kali
DAMAIKU DALAM DIAM

Oleh : Halimah Sadiyah Malam datang menghadirkan banyak pertanyaan Fikiran melayang jauh, terkadang tak tau apa yang di cari Hembusan angin hadir, memberikan kesejukan dan penguatan

14/08/2024 08:26 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 484 kali
KEMERDEKAAN = MEMANUSIAKAN MANUSIA

Oleh: Humaidi Mufa, M.Pd Hakikat dari makna kemerdekaan sejatinya tidak hanya terletak pada kebebasan suatu bangsa dari penjajahan atau penindasan fisik, melainkan jauh lebih dari itu.

11/08/2024 17:43 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 315 kali
TRUST ISSUE

Oleh: Jiddah Zainab   

20/07/2024 20:20 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 626 kali