• PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA
  • Berkhidmat Untuk Ummat

PUDARNYA BUDAYA DISKUSI, MENGAPA ?

 

Oleh: Humaidi Mufa

Kegiatan bertukar pikiran (sharing opinion) dengan orang lain dalam memecahkan suatu permasalahan biasa disebut dengan diskusi. Salah satu pentingnya diskusi adalah membuka wawasan berpikir seseorang menjadi lebih luas. Karena di dalamnya, kita akan mendapat berbagai informasi dari setiap orang melalui pemahaman yang berbeda-beda. Dari situlah, khasanah keilmuan akan semakin bertambah, cara berpikir yang semakin luas, dan yang paling penting adalah mampu untuk tetap menghargai setiap perbedaan yang ada tanpa harus selalu menggangap diri yang paling benar.

Sebagai negara demokrasi, bangsa ini sudah menjadikan diskusi sebagai “ritual” wajib sebelum memutuskan berbagai kebijakan publik, pun demikian dengan lembaga atau institusi yang ada, namun kini seakan semakin terkikis. Pudarnya budaya diskusi di tengah masyarakat, hemat penulis tidak terlepas karena dalam ranah pendidikan, proses belajar itu selalu dimaknai dalam pengertian yang sempit, yaitu pada kegiatan membaca dan menulis. Sangat jarang ada guru yang menekankan pada siswanya untuk rajin berdiskusi, disamping rajin membaca dan menulis. Orangtua juga demikian, selalu saja menyandarkan penilaian rajin belajar terhadap anaknya pada kegiatan membaca dan menulis. Anak pun akhirnya termotivasi untuk melakukan dua hal itu saja, tanpa mengembangkan proses belajar dengan cara yang lain.

Kemudian juga, kegiatan diskusi masih dianggap tidak terafiliasi dalam proses belajar, aneh bukan? Sudah tidak pernah kita mendengar ada orang yang rajin berdiskusi, lantas dikatakan ia rajin belajar. Sebaliknya, ketika seorang anak sudah rajin membaca buku (sekalipun itu buku cerpen atau novel) maka termasuklah ia golongan anak-anak yang rajin belajar. Padahal, seseorang yang mampu tampil dominan dalam diskusi, tentu saja apa-apa yang disampaikannya itu juga pasti melalui proses belajar, termasuk di dalamnya yaitu membaca dan menulis. Paradigma inilah yang berkembang di tengah masyarakat kita, sekaligus menjadi jawaban mengapa para generasi sekarang enggan menghidupkan budaya diskusi.

Akibatnya, banyak orang yang kemudian menjadi terbiasa untuk menerima informasi dari sumber yang satu arah, yaitu lewat buku, internet, televisi, atau informasi lain yang sifatnya pasif. Kecenderungan informasi itu pun diterima secara mentah-mentah dan menjadi rujukan dalam pemikirannya. Mereka menjadi tidak terbiasa untuk bersikap kritis dalam mempertanyakan atas kebenaran setiap informasi yang mereka terima. Sebab, sedari dini mereka telah dilatih untuk menjadi manusia-manusia yang berpikir secara "monoton".

Wallahu’alam (HM)

Tulisan Lainnya
ABOUT US

By: Jiddah Zainab Bicara "Tentang Kita" adalah pembicaraan tentang keseluruhan dari Cipta, proses perjalanan dan cita- cita dari setiap personel, baik unsur atau struktur, dari A sampa

06/07/2025 18:55 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 294 kali
Tercatat dalam Sejarah: Antara Lupa dan Wafa’

Oleh: Humaidi Mufa Tidak semua yang membangun sejarah merasa penting untuk tercatat. Banyak tokoh besar dalam lintasan waktu yang berjalan tanpa pamrih, tanpa mencatat namanya sendiri

05/07/2025 17:34 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 116 kali
SAFINAH NAJA

Oleh:Jiddah Zainab (Tribute to Sang Kyai 140621 – 140625) Malam itu laut tenang, Langit ditemani bintang, Angin semilir sejuk menghantam ombak tanpa deburan, Semua rahasia menja

14/06/2025 16:08 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 708 kali
MENAPAK JEJAK YANG TAK PERNAH HILANG

Refleksi Haul ke-4 Buya KH. Burhanuddin Marzuki  Oleh: Humaidi Mufa Empat tahun sudah dan masih kami ingat. Suaranya yang tenang, penuh kebijaksanaan, namun setiap katanya menusu

09/06/2025 08:53 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 637 kali
Terdidik dalam situasi mendadak

By: Jiddah Zainab  Kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Dan dengan kesempurnaanNya Allah menciptakan Rasulullah menjadi makhluq yang sempurna. Dan selain itu tak ada lagi makhluq y

02/06/2025 11:33 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 433 kali
TERUSLAH BERGERAK DAN JANGAN BERHENTI

Oleh: Humaidi Mufa Jika jatuh, bangunlah kembali. Bukan karena kita lemah, tapi karena kita sedang belajar berdiri lebih kuat. Jika gagal, cobalah lagi. Karena kegagalan bukan akhir, m

06/05/2025 18:54 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 346 kali
KEMANA PENDIDIKAN KITA MELANGKAH ?

Oleh : Humaidi Mufa Pendidikan Indonesia lahir melalui semangat perjuangan. Ki Hajar Dewantara, Bapak pendidikan nasional, telah menanamkan nilai-nilai luhur bahwa pendidikan sejatinya

05/05/2025 19:58 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 196 kali
MAGICAL WORDS

By Halimah Sadiyah     Kita mungkin sering melihat dan membaca sebuah tulisan, atau mendengar sebuah kata yang bernyawa dari lisan orang-orang yang mampu memberikan dampak po

04/05/2025 07:51 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 286 kali
11 hari menjemput Surga

In Memoriam Koh Abun By: Jiddah Zainab Tak seorang pun yang tahu bagaimana cerita hidup yang akan di jalaninya. Dari mulai di lahirkan sang Bunda sampai akhir dari perjalanannya di d

30/04/2025 21:47 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 2313 kali
UPDATE AND UPGRADE

By: Jiddah Zainab  Kehidupan manusia akan selalu melalui poros nya. Dalam konteks keimanan, poros seorang mukmin adalah taqdir Allah.  Bagi kaum tertentu, taqdir Allah adalah

14/04/2025 22:14 - Oleh TIM REDAKSI JURNALIS PPQN - Dilihat 500 kali