Oleh: Humaidi Mufa
Tidak semua yang membangun sejarah merasa penting untuk tercatat. Banyak tokoh besar dalam lintasan waktu yang berjalan tanpa pamrih, tanpa mencatat namanya sendiri dalam prasasti, dan bahkan tanpa meninggalkan satu pun jejak tanda tangan. Bagi mereka, yang utama adalah mengabdi bukan diakui. Namun, bagi generasi yang lahir setelahnya, mengenang dan mencatat sejarah adalah bentuk tertinggi dari implementasi sifat wafa’ atau rasa berterima kasih kepada jejak kebaikan yang hari ini menjadi pijakan kemajuan kita.
Ada banyak kemudahan dan kenyamanan yang kita rasakan hari ini, baik dalam kehidupan berbangsa, beragama, maupun dalam pendidikan dan peradaban. Kita hidup dalam warisan, bukan hanya warisan fisik seperti gedung, kitab, atau lembaga, tetapi juga warisan nilai, semangat, dan perjuangan. Namun sayangnya, tidak sedikit dari kita yang menikmati hasil dari sejarah, tanpa tahu siapa penanam benihnya. Kita kerap memetik buah, tanpa peduli siapa yang dulu menanam dan menyiramnya dalam kesunyian.
Di sinilah pentingnya wafa’. Wafa’ bukan hanya sikap berterima kasih secara lisan, tapi adalah kesadaran mendalam bahwa kita tidak pernah berjalan dari titik nol. Kita selalu melanjutkan sesuatu yang sudah dibangun sebelumnya dan oleh karena itu, mencintai sejarah bukanlah tindakan romantis yang sia-sia, tapi adalah perbuatan bermartabat. Mereka yang memiliki wafa’ akan belajar mencatat, mengenang, dan meneruskan, bukan sekadar mengganti atau melupakan.
Sejarah tidak menuntut pengakuan, tapi ia menjadi penting saat seseorang menyadari bahwa setiap langkah hari ini berakar dari masa lalu. Mencatat sejarah bukan untuk membangga-banggakan tokoh atau mengkultuskan masa silam, melainkan agar kita tidak kehilangan arah, tidak mengulangi kesalahan, dan tetap memiliki pijakan yang kuat dalam menghadapi perubahan.
Itulah mengapa sejarah bukan sekadar catatan, tetapi cermin. Ia menunjukkan wajah kita yang sebenarnya, apakah kita generasi yang tahu berterima kasih atau generasi yang lupa diri. Karena mereka yang hidup dengan wafa’, akan memiliki nilai tak terhingga dan bahkan secara tidak langsung menjadi bagian dari sejarah itu sendiri nantinya. (HM)





