RANTAI KEBAIKAN

Bagikan

WhatsApp
Facebook
LinkedIn
X

Oleh: Halimatus Sadiyah

Kebaikan adalah bahasa universal yang dapat dipahami oleh hati siapa pun. Sering kali kita merasa bahwa balasan yang paling tepat untuk kebaikan adalah mengembalikannya langsung kepada orang yang telah menolong kita. Memang, hal itu sangat wajar sebagai wujud rasa terima kasih dan penghargaan kita untuk orang tersebut. Namun, sejatinya ada bentuk balasan yang lebih baik yaitu bukan hanya sekadar mengembalikan, melainkan meneruskan kebaikan itu kepada orang lain, terutama pada mereka yang lebih membutuhkan.

Pernahkah kita menerima sebuah kebaikan kecil yang ternyata membekas begitu dalam? Bisa jadi sebuah senyuman di hari yang melelahkan, bantuan sederhana ketika kita sedang kesulitan, atau sekadar sapaan tulus yang membuat hati terasa lebih ringan. Saat itu, biasanya kita berpikir: “Aku harus membalas kebaikan ini.” Namun, kadang balasan terbaik bukanlah dengan mengembalikannya kepada orang yang sama, melainkan dengan meneruskan kebaikan itu kepada orang lain.

Jika kita renungkan, kebaikan ibarat cahaya lilin. Lilin yang menyala tidak akan kehilangan cahayanya ketika menyalakan lilin lain, justru semakin banyak cahaya yang tercipta, semakin terang pula ruangan di sekitarnya. Begitu pula kebaikan. Saat kebaikan yang kita terima tidak berhenti pada diri kita, melainkan kita sambungkan pada orang lain, maka lahirlah lingkaran kebaikan yang lebih luas. Orang yang awalnya hanya menjadi penerima akan berubah menjadi pemberi, dan dari pemberi itu, kebaikan akan kembali lagi dalam bentuk yang tak terduga.

Bayangkan juga, ada seseorang yang menolong kita ketika jatuh di jalan. Kita mungkin tidak akan bertemu lagi dengannya. Tetapi kebaikan yang ia tanam bisa menjadi alasan bagi kita untuk menolong orang lain suatu hari nanti. Tanpa sadar, kebaikan itu bergerak, berpindah tangan, berpindah hati, dan menjadi rantai yang tidak terlihat, namun nyata keberadaannya.

Meneruskan kebaikan juga menumbuhkan kerendahan hati. Kita belajar bahwa kebaikan bukanlah milik kita sepenuhnya. Apa yang kita terima sejatinya hanyalah titipan, dan kita diberi kesempatan untuk membagikan titipan itu kepada sesama. Dengan begitu, balasan kebaikan tidak terjebak dalam hubungan dua arah, melainkan berkembang menjadi jembatan yang menghubungkan banyak orang. Dari satu kebaikan kecil, bisa tumbuh kebermanfaatan yang luas, bahkan bisa menjadi penyelamat bagi orang yang tengah berada dalam kesulitan.

Mungkin kita pernah mendengar sebuah nasehat yang menjelaskan makna “Terima dan Kasih”. Dua kata yang bisa dijadikan makna yang mendalam. Terima adalah bentuk kita menerima apa yang diberikan oleh orang lain, dan Kasih adalah bentuk sikap setelah kita menerima sesuatu seharunya kita melanjutkan untuk memberi kepada orang lain.

Lebih dari itu, meneruskan kebaikan adalah wujud syukur yang nyata. Ucapan terima kasih saja tidak cukup, karena rasa syukur sejati adalah ketika kita menghadirkan kembali kebahagiaan yang kita rasakan kepada orang lain. Bayangkan jika setiap orang yang pernah menerima kebaikan berkomitmen untuk menyambungkannya. Dunia akan penuh dengan rantai kebaikan yang terus mengalir tanpa putus. Satu senyuman bisa melahirkan keberanian, satu uluran tangan bisa menumbuhkan harapan, dan satu kepedulian bisa menyelamatkan hidup.

Dan pada akhirnya, ketika rantai itu kembali kepada kita dalam bentuk yang tak terduga, kita akan tersadar bahwa setiap kebaikan tidak pernah benar-benar hilang. Ia hanya berputar, mengalir, dan mencari jalannya untuk kembali dengan cara yang lebih indah.

Karena sesungguhnya, balasan kebaikan yang terbaik bukanlah mengembalikan, tetapi meneruskan. Saat kebaikan diteruskan, ia berubah menjadi rantai yang tak pernah putus.

Tulisan ini adalah bentuk refleksi dari kepergian Guru Kami KH. Helmy Abdul Mubin, L.c bin KH Abdul Mubin, walaupun tidak mengenal dalam raga, semoga kami mampu dikenal lewat doa-doa yang dilangitkan. Beliau adalah sosok panutan yang memberikan pelajaran lewat murid terbaiknya Ummi. Hj. Yayah Ummu Adiyah. Beliau pernah menceritakan “bahwa kebaikan yang kita dapat jangan berhenti dikita saja, tapi sambungkan kepada banyak orang ”  Begitulah guru kami mentransfer rantai kebaikan ini. Kami bersaksi beliau adalah orang baik dengan rantai kebaikan yang tidak akan pernah terputus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *