MADRASAH LAILATUL QADR

image - MADRASAH LAILATUL QADR

Bagikan

WhatsApp
Facebook
LinkedIn
X

Sajian Utama edisi Maret 2025.
Oleh Muhammad Irfan Zidny.

Lailatul Qadr bukan sekadar malam penuh keberkahan, melainkan juga ruang pendidikan spiritual yang mengajarkan manusia tentang makna pencarian, ketekunan, dan transformasi diri. Malam yang lebih baik dari seribu bulan ini menjadi bukti bahwa dalam hidup, bukan panjangnya waktu yang menentukan keberhasilan, melainkan kualitas perjalanan yang dilalui. Dalam Lailatul Qadr, manusia diajak untuk memahami bahwa pendidikan bukan hanya tentang akumulasi ilmu, tetapi tentang bagaimana ilmu itu mengubah diri dan membawa cahaya bagi kehidupan.

Al-Qur’an yang turun pada malam ini menjadi simbol utama bahwa pendidikan sejati harus dimulai dari wahyu. Sejak awal, Allah menetapkan bahwa ilmu yang benar bukan hanya hasil dari pengalaman manusia, tetapi juga harus berpijak pada petunjuk Ilahi. Sebagaimana wahyu pertama yang berbunyi “Iqra’!”—perintah untuk membaca—Allah tidak sekadar mengajarkan manusia untuk mengenali huruf dan kata, tetapi juga untuk membaca kehidupan, membaca tanda-tanda kebesaran-Nya, dan membaca hakikat diri sendiri. Pendidikan dalam Islam bukan sekadar transfer informasi, melainkan perjalanan menuju pemahaman yang lebih tinggi.

Ketika Allah bertanya, “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?”, ini bukan pertanyaan biasa. Ini adalah metode pendidikan yang menuntun manusia untuk berpikir, merenung, dan mencari jawaban. Dalam pendidikan modern, ini dikenal sebagai pendekatan berbasis pertanyaan, di mana seorang murid tidak hanya diberi jawaban, tetapi juga diajak untuk memahami proses berpikir di balik jawaban itu. Allah tidak serta-merta memberi tahu manusia tentang Lailatul Qadr, melainkan membiarkan mereka mencari, menggali, dan menemukan maknanya sendiri.

Dalam pencarian itu, manusia diingatkan bahwa satu malam dalam kesadaran dan keberserahan bisa lebih bermakna daripada seribu bulan yang dihabiskan tanpa arah. Ini adalah pendidikan tentang makna kualitas di atas kuantitas. Dunia modern sering kali terjebak dalam angka—berapa tahun seseorang belajar, berapa banyak buku yang dibaca, berapa gelar yang dimiliki. Namun, Lailatul Qadr mengajarkan bahwa satu momen kebangkitan ruhani dapat mengubah perjalanan hidup seseorang lebih dari puluhan tahun pendidikan tanpa penghayatan.

Ketika Allah menyebut bahwa pada malam ini malaikat dan Jibril turun dengan izin-Nya untuk mengatur segala urusan, ada pelajaran besar tentang pendidikan yang membawa perubahan. Ilmu yang benar akan mengundang keberkahan dan membentuk tatanan kehidupan yang lebih baik. Pendidikan yang sejati bukan hanya tentang mengetahui banyak hal, tetapi tentang bagaimana ilmu itu membentuk karakter, mendekatkan seseorang kepada Tuhan, dan membawa kebaikan bagi orang lain. Ilmu yang hanya menumpuk di kepala tanpa menjadi cahaya dalam kehidupan hanyalah beban, bukan petunjuk.

Pada akhirnya, Lailatul Qadr adalah tentang kedamaian. Ilmu yang benar akan membawa ketenangan, bukan kegelisahan. Ilmu yang sejati tidak menjadikan seseorang semakin sombong, tetapi semakin rendah hati. Seperti malam yang penuh kesejahteraan hingga fajar, pendidikan yang hakiki akan membimbing seseorang menuju kehidupan yang lebih terang, lebih bermakna, dan lebih dekat dengan cahaya Ilahi.

Rasulullah mengajarkan bahwa mencari Lailatul Qadr membutuhkan usaha dan ketekunan. Ini adalah pendidikan tentang kerja keras dan keikhlasan. Seorang pencari ilmu yang sejati tidak akan mudah menyerah hanya karena kesulitan, karena ia tahu bahwa perjalanan menemukan hikmah adalah perjalanan yang membutuhkan pengorbanan. Seperti seorang santri yang terus mengulang hafalan meski sulit, atau seorang ilmuwan yang terus melakukan eksperimen meski berkali-kali gagal, pencarian Lailatul Qadr mengajarkan bahwa keberhasilan sejati adalah milik mereka yang tidak berhenti berusaha.

Hadits-hadits tentang malam ini juga menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya tentang mendapatkan ilmu, tetapi juga tentang penyucian jiwa. Barang siapa yang menghidupkan Lailatul Qadr dengan iman dan harapan, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. Ini adalah pelajaran bahwa ilmu sejati bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga memperbaiki diri. Pendidikan yang benar harus mampu membersihkan hati dari kesalahan, membentuk karakter yang lebih baik, dan membawa seseorang pada jalan yang lebih lurus.

Di antara keindahan malam ini, Rasulullah juga menggambarkan bahwa bumi akan diterangi cahaya hingga tampak seperti siang. Ini adalah gambaran bahwa pendidikan yang sejati akan menghilangkan kegelapan dalam diri seseorang. Kebodohan, kesesatan, dan kebingungan adalah bentuk kegelapan yang hanya bisa diterangi oleh ilmu yang benar. Mereka yang mendapatkan cahaya ilmu dalam Lailatul Qadr akan melihat dunia dengan perspektif yang lebih jernih, lebih tajam, dan lebih bermakna.

Lailatul Qadr juga mengajarkan bahwa dalam pendidikan, ada elemen keberkahan yang tidak bisa diukur dengan logika duniawi. Ada orang yang belajar selama bertahun-tahun tetapi tidak mendapatkan pemahaman, sementara ada yang dalam satu malam mendapat ilham yang mengubah hidupnya. Ini adalah konsep bahwa ilmu bukan hanya hasil dari usaha manusia, tetapi juga anugerah dari Allah. Pendidikan sejati harus menggabungkan antara kerja keras dan ketergantungan kepada-Nya, antara usaha yang maksimal dan doa yang tulus.

Pada akhirnya, Lailatul Qadr adalah madrasah Ilahi yang mengajarkan bahwa ilmu sejati adalah yang membawa seseorang lebih dekat kepada Tuhan, yang menjadikannya lebih rendah hati, lebih sabar, dan lebih bijaksana. Malam ini adalah malam refleksi bagi setiap pencari ilmu: apakah ilmu yang kita cari selama ini telah membuat kita lebih baik? Apakah pemahaman yang kita miliki sudah membawa kedamaian dalam hidup kita? Ataukah kita hanya sibuk mengejar gelar, membaca banyak buku, dan menghadiri banyak seminar tanpa benar-benar memahami apa yang kita pelajari?

Di malam yang penuh keberkahan ini, manusia diingatkan bahwa pendidikan bukan hanya tentang mengisi pikiran, tetapi juga tentang menghidupkan hati. Ilmu yang sejati adalah yang mengajarkan manusia untuk lebih mengenal dirinya sendiri, lebih memahami dunia, dan lebih dekat kepada Penciptanya. Sebab pada akhirnya, ilmu yang tidak membawa cahaya dalam kehidupan, hanyalah bayangan yang tak berarti di tengah kegelapan.

وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ ۖ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا (طه:١١١)

Wallahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *