Oleh: Humaidi Mufa
Embun pagi selalu datang dengan kelembutan,
Membelai dedaunan, lalu menumbuhkan kehidupan
Tetesan indah itu jatuh ditanah yang jauh dari keramaian,
Menjelma menjadi oase ditengah kekeringan dan kegersangan.
Mungkin Qotrun Nada adalah titipan doa sejak awal zaman,
Kemudian terwujud karena membawa banyak harapan
Hampir tiga dekade, sungai khidmat tak berkesudahan,
Mengalir tulus, menebar ilmu dan suri tauladan.
Bukan megahnya bangunan jadi penopang,
Melainkan ikhlas hati yang menyalakan kehidupan
Dari tilawah subuh hingga doa malam yang panjang,
Santri dan Guru tertaut dalam pengabdian.
Sejak puluhan tahun lalu,
Ada kisah sabar guru menuntun langkah
Ada air mata santri di tengah keterbatasan,
Ada doa orang tua yang tak pernah lelah
Semua terajut indah menjadi sebuah ikatan.
Dua puluh sembilan tahun bukanlah sekedar angka,
Melainkan maklumat bahwa fajar baru kini menjelma
Tidak pernah gentar menatap jangkauan semesta
Meski sadar Tanpa Allah dan Rasul-Nya, Qotrun Nada bukanlah sesiapa.
Rahasia kekuatan bukan pada banyaknya jumlah,
Melainkan pada khidmat, nafas dari setiap denyut
Khairunnas anfa‘uhum linnas menjadi kompas arah,
Menjadi mata air bening yang tak pernah surut.
Teruslah melangkah Qotrun Nada,
Tak peduli berapa banyak tantangan dihadapan
Lalu terbanglah tinggi mengangkasa,
Bawalah harapan kami ini menuju kenyataan.
HM





